Saldy Yusuf, S.Kep.Ns.ETN
Angka prevalensi venous ulcer masih belum diketahui, namun angka prevalensi venous ulcer di Negara berkembang diperkirakan antara <1%->3% dari populasi (Kerstein, 2003; Philips, 2001). Puncak insidens venous ulcer antara usia 60-80 tahun (de Arujo et al, 2003;Paquette and Falanga, 2002; Philips, 2001;Weingarten, 2001), dan banyak penelitian melaporkan resiko tinggi pada wanita (de Arujo et al, 2003;Kalra and Glovicki, 2003; Paquette and Falanga, 2002).
Di Amerika Serikat LEVD mengenai hamper 6-7 juta individu, dan sekitar 1 juta diantaranya mengalami ulserasi (WOCN Society 2005; Valencia et al, 2001). Implikasi dari venous ulcer sangat menakutkan, dimana pasien dengan venous ulcer sering mengalami nyeri, gatal, kesemasan, isolasi social, dan penurunan pergerakan, serta gangguan pemenuhan aktifitas harian (de Arujo et al, 2003; ryan, eager, and Sibbald, 2003; Weingarten, 2001).
Venous insufisiensi dan Venous Ulcer juga memiliki dampak ekonomi, dimana rata-rata biaya perawatan dapat melebih dari $ 40.000. Dan total biaya untuk perawatan LEVD di USA diperkirakan lebih dari $ 1 Milyar per tahun (WOCN Society, 2005a; Simka and Majewski, 2003; Valencia et al, 2001; Weingarten, 2001). Dampak negatif lain dari venous ulcer, yaitu tingginya angka kekambuhan sebesar 57%-97%, yan gmerefleksikan status kronis terhadap kondisi yang menyertai. Salah satu penyebab tingginya angka kekambuhan yaitu kegagalan dalam mengatasi masalah utama yaitu insufisiensi vena dan hypertensi vena (WOCN Society, 2005a; Paquette and Falanga, 2002).
Bagaimana dengan Prevalensi dan Insidens di Indonesia? Bagaimana dengan dampak sosial ekonomi? Atau bagaimana dengan psikis pasien? Ada yang mau meneliti???....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar