Saldy Yusuf, S.Kep.Ns.ETN
Clinical Nursing Departement
School Of Health Sciences
Kanazawa University
Salah satu tekhnik dalam perawatan luka adalah wound cleaning atau pencucian luka. Pencucian luka biasanya dilakukan sesaat setelah balutan lama dibuka dan sebelum proses debridement dilakukan.
Clinical Nursing Departement
School Of Health Sciences
Kanazawa University
Salah satu tekhnik dalam perawatan luka adalah wound cleaning atau pencucian luka. Pencucian luka biasanya dilakukan sesaat setelah balutan lama dibuka dan sebelum proses debridement dilakukan.
Secara umum tujuan pencucian luka adalah:
- Mengurangi resiko infeksi.
- Mengurangi iritasi kimiawi.
- Mengurangi trauma mekanik.
- Mengurangi nyeri.
- Melepaskan jaringan necrotic, slough, termasuk debris.
- Mengeluarkan residual material dari balutan sebelumnya.
- Memberikan kenyamanan pada pasien.
- Memungkinkan expose maksimal terhadap bantalan luka (wound bed preparation).
Normal saline (NaCl 0,9 %) merupakan cairan favorit pilihan pemirsa, eh maaf maksudnya perawat. Entah karena evidence based atau karena warisan dari perawat senior atau hanya karena tidak adanya pilihan lain…yang jelas sejauh ini belum ada laporan tertulis tentang evaluasi penggunaan cairan normal saline dalam pencucian luka termasuk efektifitasnya di Indonesia. Satu-satunya yang jadi alasan adalah sifatnya yang isotonis.
Monique Dulecki (2005) menyimpulkan keuntungan penggunaan normal saline antara lain; cost effective, tersedia dimana-mana, isotonis, non toksik, dan tidak mengganggu proses penyembuhan luka bila dibandingkan dengan cairan lain seperti Povidine Iodine.
Lantas bagaimana dengan air ledeng (tap water) amankah digunakan untuk pencucian luka???
Walaupun masih dalam perdebatan, Cochrane Database Systematic Review yang dikeluarkan tanggal 23 Januari 2004 mengeluarkan statement bahwa “Drinkable tap water applied topically is as effective as normal saline for cleansing a wound”. Sebagai catatan di negara-negara maju seperti Australia, USA, dan Jepang memiliki standar sanitasi yang tinggi sehingga memungkinkan air ledengnya (tap water) bisa langsung diminum”
Dokter Ritin Fernandez, RN, MN, and Rhonda D. Griffiths. MSc, DrPH, dari University of Western Sydney in New South Wales, Australia menegaskan bahwa keuntungan air ledeng yakni, tersedia dimana-mana, murah, dan efisien.
Bagaimana di Indonesia??? Tidak ada jaminan dari PDAM dan DEPKES bahwa air ledeng Indonesia bisa langsung diminum, disinilah letak perbedaan tap water Indonesia dan negara maju lainnya.
Oleh karena itu air minum kemasan (mineral) bisa menjadi opsi pencuci luka pengganti tap water. Lantas timbul pertanyaan, kalau begitu tekhnik perawatannya menjadi tidak steril lagi dong…..???
Ratliff, et al (2001) menyimpulkan bahwa meskipun tekhnik steril dalam perawatan luka telah dikenal sebagai ‘gold standar’ sejak lama namun ternyata tidak memiliki perbedaan bermakna bila dibandingkan dengan tekhnik perawatan non steril dalam kaitannya dengan resiko infeksi pasca bedah. Lebih kanjut Rattlif menambahkan bahwa penggunaan tekhnik bersih (non steril) dalam perawatan luka bise menghemat biaya dressing sebesar $ 400 dan menghemat nursing time 3 menit.
Mengutip pernyataan Mario Teguh bahwa kita kadang tidak meyakini sesuatu yang sangat sederhana, kita hanya meyakini sesuatu yang terlihat rumit, kompleks, sukar.
Nah bagaimana dengan anda, siapkah anda melakukan zero mind process seperti yang diisyaratkan Ary Ginanjar dalam buku ESQnya. So let’s clean up our mind before clean wound…
References:
1. Hollander JE, Singer AJ. Evaluation of wounds. In: Tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JS, editors. Emergency management: a comprehensive study guide. New York: McGraw-Hill; 2004. p. 287-91.
2. Monique Dulecki (2005) Irrigating Simple Acute Traumatic Wounds: A Review of the Current LiteratureJ Emerg Nurs 2005;31:156-60.
3. Laurie Barclay, MD (2008). Drinkable Tap Water May Be Suitable for Wound Cleansing http://cme.medscape.com/viewarticle/569161
Tidak ada komentar:
Posting Komentar