Minggu, 10 Oktober 2010

MEMBACA EKSUDAT

Saldy Yusuf, S.Kep.Ns.ETN


Keberadaan eksudat dalam proses penyembuhan luka merupakan peristiwa normal yang tidak bisa dihindari. Namun seringkali eksudat menimbulkan masalah tersendiri bila tidak dikelola dengan tepat. Bau, nyeri, kerusakan kulit sekitar luka, dan kebocoran balutan tentunya sangat mempengaruhi quality of life pasien serta menggambarkan bagaimana quality of care diterima. 

Oleh karena itu pemahaman akan fungsi, masalah, dan prinsip penanganan eksudat merupakan bagian integral dalam perawatan luka.

Definisi mengenai eksudat luka masih simpang siur. Beberapa praktisi mendefinisikan eksudat sebagai “sesuatu yang keluar dari luka”, “cairan luka”, “drainase luka” dan “kelebihan cari cairan normal”. Inkonsistensi definisi tersebut berdampak pada kegagalan dalam memandang makna eksudat secara menyeluruh. Saat ini pemahaman terhadap pengertian eksudat luka didasarkan pada pemahaman bahwa eksudat luka merupakan interaksi yang kompleks diantara factor-faktor berikut:
  • Etiologi luka.
  • Fisiologi penyembuhan luka.
  • Lingkungan luka.
  • Proses patologis pada luka.

Seringkali eksudat luka dianggap sebgai sesuatu yang “buruk”. Padahal dalam kenyataannya eksudat luka memiliki fungsi fisiologis dalam proses penyembuhan luka melalui beberapa mekanisme:
  • Mencegah kekeringan pada dasar luka.
  • Membantu migrasi sel-sel.
  • Menyediakan nutrisi esensial bagi metabolisme cellular.
  • Memungkinkan difusi immunity factors dan growth factors.
  • Membantu melepaskan jaringan mati (autolysis).


Meskipun demikian eksudat dapat menjadi sebuah masalah bagi pasien dan perawat ketika kuantitas produksi dan atau kualitas komposisi eksudat berdampak negatif dalam proses penyembuhan luka yang pada akhirnya menganggu proses penyembuhan luka, mnimbulkan gangguan fisik dan psikososial serta memperpanjang lama rawat.

Eksudat luka bukan hanya semata-mata cairan internal luka yang tidak berguna, namun merupakan alat komunikasi non verbal bagi luka untuk menyampaikan masalahnya kepada perawat. Oleh karena itu penggunaan masker dalam perawatan luka sebenarnya justru menghalangi perawat dalam menginterpretasikan bau eksudat yang ada dan menjadi barrier empati perawat terhadap pasien.

Memahami komposisi, sifat dan karakterisitk eksudat akan membantu perawat dalam menginterpretasikan masalah luka untuk mengambil keputusan yang tepat.

3 komentar:

wastu mengatakan...

Pak Saldy ditungu studi kasus/atau hasil penelitiannya

Saldy Yusuf, S.Kep.Ns.ETN. mengatakan...

Insya Allah ners Wastu, mudah2an bisa sy selesaikan, trims ya kepercayaannya...

Sanco Irianto A, S.Kep.Ns mengatakan...

hebat Ners, pencerahan yang bagus atas persepsi yg salah selama ini...!