Jumat, 07 Januari 2011

BIOFILM PADA LUKA KRONIS: PROSES PEMBENTUKAN

Keberadaan biofilm sudah lama diketahui dan berkaitan dengan penggunaan peralatan medis seperti kateter urin, endotracheal tube, implantasi ortopedi, intrauterine device (IUD) dan benang operasi. Biofilm juga berkontribusi terhadap perkembangan infeksi bakteri dan inflamasi kronis lainnya, seperti; penyakit periodontal, cystic fibrosis, jerawat kronis, dan osteomielitis.

Pada dasarnya, ada tiga stadium pembentukan biofilm: 
a. Stadium 1: Ikatan reversibel terhadap dasar luka.
Pada dasarnya mikroorganisme bebas bergerak satu sama lain, namun dalam dibawah kondisi alamiah kebanyakan mikroorganisme cenderung untuk melekat pada permukaan luka. Pada stadium ini ikatan masih bersifat reversibel.

b. Stadium 2: Ikatan permanen
Seiring dengan proses multiplikasi, ikatan mikroorganisme menjadi semakin kuat dan terus menerus mengalami diferensiasi. Perubahan pola ekspresi genetik juga membuat bakteri semakin dapat bertahan terhadap serangan antibodi hal ini dimungkinkan karena adanya komunikasi antara bakteri yang dikenal sebagai quorum sensing.

c. Pembentukan selaput lendir biofilm.
Manakala bakteri sudah terikat kuat dengan dasar luka maka bakteri akan mensekresikan matriks yang dikenal sebagai ekstraseluler polymeric substance (EPS). Matriks ini merupakan selaput pelindung berlendir. Koloni bakteri dalam jumlah yang sedikit dapat menginduksi proses pembentukan biofilm. Biofilm yang telah matur terbentuk secara terus menerus dapat menyebarkan bakteri, mikrokoloni, dan fragmen-fragmen biofilm lainnya pada dasar luka dan akan berkembang menjadi biofilm baru.
Perlu diketahui bahwa antara sesama komunitas bakteri terjadi saling tukar menukar informasi yang meningkatkan keterampilan dan kemampuan bakteri untuk bertahan hidup, kondisi ini tentunya sangat menguntungkan bagi kelangsungan hidup mereka.

Dalam kaitannya dengan luka keberadaan biofilm memperpanjang proses inflamasi sehingga menghambat proses penyembuhan luka. Selain itu menurunnya imunitas pasien akan mengakibatkan pasien lebih rentan terhadap infeksi. Hasil biopsi dengan pengamatan melalui mikroskop elektron menunjukkan 60 % luka kronis terpapar oleh biofilm adapun pada luka akut hanya ditemukan 6 %. Oleh karena itu pada setiap luka kronis sebaiknya diasumsikan telah terbentuk biofilm.

Translated from:
Phillips PL, Wolcott RD, Fletcher J, Schultz GS. Biofilms Made Easy. Wounds International 2010; 1(3): Available from http://www.woundsinternational.com

Tidak ada komentar: