Berapa biaya yang harus saya bayar?
Most commonly question both from patients and family. Biaya Perawatan luka kaki diabetik memang tidak sedikit karena membutuhkan waktu yang relatif lama dalam proses penyembuhannya. Berbanding terbalik dengan biaya perawatan luka akut (luka operasi) yang insya Allah 2-3 minggu perawatan sudah bisa sembuh sehingga biaya tentunya tidak besar.
Kita tidak bisa mematok harga pasti, misalnya untuk perawatan luka diabetes non infeksi Rp. 75.000 sekali rawat atau tarif luka diabetes terinfeksi Rp. 150.000 per kunjungan, sebab dalam proses penyembuhannya ada kondisi-kondisi klinis diluar ekspektasi kita, seperti produksi eksudat yang meningkat, perluasan infeksi (spreading infeksi), edema, nyeri dll.
Namun beberapa point berikut bisa menjadi acuan, biaya perawatan luka diabetes berbanding lurus dengan:
1. Luas luka.
2. Kedalaman luka.
3. Adanya proses infeksi.
4. Lamanya "delay" mendapatkan perawatan.
Contoh kasus diatas, analisa biaya perawatan luka kaki diabetes Wagner 3 di Klinik Griya Afiat Makassar. Total biaya selama 82 hari Rp. 3.856.500 dengan frekuensi perawatan hanya 23 kali (rata-rata ganti balutan setiap 4 hari) sehingga biaya yang satu kali perawatan Rp. 175.295,- dengan primary healing (sembuh tanpa komplikasi, seperti amputasi). Dari grafik diatas kita melihat biaya berbanding lurus dengan Barbara Bates Jensen Skor serta adanya proses infeksi.
Di Brasil biaya juga dilaporkan berbanding lurus dengan:
- Kedalaman luka (superficial $ 1244.7, sub cutan $ 1571.4, tulang $ 1417.8).
- Proses perawatan (conservatice treatment $ 834.2, surgical treatment $ 1606.9, debridement $1841.8, amputasi $1457.9 dan revascularisasi $ 2099).
- Hasil perawatan (sembuh tanpa komplikasi $ 1418.8, sembuh dengan amputasi minor $ 1951.7, sembuh dengan amputasi mayor $ 1212.6 dan kematian $ 1859.6) (Rezende et al., 2009).
Referensi:
Rezende, K. F., Ferraz, M. B.,
Malerbi, D. a., Melo, N. H., Nunes, M. P., Pedrosa, H. C., & Chacra, A. R.
(2009). Direct costs and outcomes for inpatients with diabetes mellitus and
foot ulcers in a developing country: The experience of the public health system
of Brazil. Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research &
Reviews, 3(4), 228–232. doi:10.1016/j.dsx.2009.04.004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar