Jumat, 29 Oktober 2010

PEMBALUT WANITA, ALTERNATIF BALUTAN LUKA


Produksi eksudat yang terjadi terus menerus tentunya akan menunda dan memperpanjang proses penyembuhan luka atau delayed healing. Produksi eksudat yang berlebihan akan mengganggu kenyaman pasien, menyita waktu perawat (nursing time) dan tingginya biaya perawatan Oleh karena itu manajemen eksudat langkah yang menentukan dalam keberhasilan perawatan luka.

Tidak Ada Rotan Akarpun Jadi

Salah satu tujuan dalam manajemen eksudat adalah mengabsorbsi. Saat ini beragam jenis modern dressing telah tersedia sebagai absorben eksudat seperti foam dressing dan VAC Therapy. Sayangnya terbatasnya ketersediaan absorben dressing dan mahalnya harga membuat penangana eksudat masih bersifat konvensional. Untuk itu alternatife dressing dibutuhkan sebagai pengganti dalam konteks cost effective.

EVIDENCE BASED
Alqahtani and Lalonde (2006) melaporkan bahwa dari 20 balutan steril dua diantaranya mengandung bakteri (coagulase-negative staphylococcus dan nonhemolytic streptococcus) secara mengejutkan dari 20 pembalut wanita hanya satu yang mengandung bakteri (coagulase-negative staphylococcus). Masih menurut Mas Alqahtani, dari segi biaya (cost effective), penggunaan balutan steril dengan ukuran 20 cm x 5 cm untuk perawatan luka selama satu bulan ternyata menghabiskan $ 16.50 sedangkan dengan menggunakan pembalut wanita hanya menghabiskan $ 2.43. Untuk kita di Indonesia foam dressing bisa kita dapatkan dengan kisaran harga Rp. 70.000 di apotik tertentu sedangkan pembalut wanita bisa kita dapatkan dimana saja dengan harga Rp. 500 per piece.

Tapi pembalut wanita tidak steril

Stootts., et al (1997) menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan rata-rata masa penyembuhan antara luka yang dirawat dengan menggunakan prinsip steril dan bersih bahkan menggunakan prinsip bersih dapat menurunkan biaya secara signifikan dibandingkan kelompok pasien yang dirawat dengan prinsip steril. Lawson., et al (2003) menambahkan bahwa 9 (0.84%) dari 1.070 pasien yang dirawat dengan menggunakan prinsip steril mengalami surgical site infection sedangkan pada kelompok pasien yang dirawat dengan prinsip bersih insidens surgical site infection sebesar 0.83 % dari 983 pasien. Temuan ini sekali lagi membuktikan bahwa tidak ada perbedaan antara prinsip perawatan luka steril dan bersih.


Meskipun penelitian diatas masih bersifat case report, clinical study, dan observational study, namun sudah bisa kita kategorikan evidence level C. artinya pembalut wanita bisa menjadi alternative dressing dalam perawatan luka, terutama untuk mengatasi produksi eksudat yang berlebihan. Terutama apabila kita diperhadapkan pada kondisi tidak adanya modern dressing atau lemahnya daya beli pasien. Buat sejawat yang biasa terjun ke lokasi bencana, jangan lupa bawa pembalut wanita…..

Baca Juga:

References

1.        Barber LA. Clean technique or sterile technique? Let’s take a moment to think. J Wound Ostomy Continence Nurs 2002;29:29-32.
2.        Perelman VS, Francis GJ, Rutledge T, Foote J, Martino F, Dranitsaris G. Sterile versus nonsterile gloves for repair of uncomplicated lacerations in the emergency department: A randomized controlled trial. Ann Emerg Med 2004;43:362-70.
3.        Stotts NA, Barbour S, Griggs K, et al. Sterile versus clean technique in postoperative wound care of patients with open surgical wounds: A pilot study. J Wound Ostomy Continence Nurs 1997;24:10-8.
4.        Lawson C, Juliano L, Ratliff CR. Does sterile or nonsterile technique make a difference in wounds healing by secondary intention? Ostomy Wound Manage 2003;49:56-8,60.

2 komentar:

Sanco Irianto A, S.Kep.Ns mengatakan...

hebat cezz, satu lagi ilmu ku dapat dari blog ini....! pembalut wanita jd altenatif di daerahku yg susah mendapatkn foam dressing (kalaupun ada, mahal)...!

niar mengatakan...

terima kasih infoonya :)