Jumat, 06 Agustus 2010

KONDISI TEMPAT TIDUR PASIEN DI INDONESIA; Kebutuhan pasien atau kepentingan rumah sakit

Saldy Yusuf, S,Kep.NS.ETN
Clinical Nurising Departement
Kanazawa University
      
       Di Indonesia kita lebih mengenal istilah kasur anti decubitus dibanding istilah support surface. Menurut hemat saya penggunaan istilah kasur anti decubitus sangat tidak tepat, karena pada kenyataannya tidak ada kasur anti decubitus yang benar-benar dapat mencegah decubitus. Beberapa penelitian menunjukkan efektifitas kasur anti decubitus dalam mencegah decubitus tidak lebih 50 %.
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP, 2007) mendefinisikan support surface sebagai seperangkat alat khusus yang digunakan untuk mendistribusikan tekanan (tissue loading), micro climate dan atau fungsi terapeutik lainnya. (NPUAP, 2007)   
Support surface pada dasarnya ada 3 jenis; Foam Matress, Air or Gel Filled, dan Air Fluidised. Prinsip utamanya adalah mendistribusikan tekanan (pressure) agar tidak menumpu pada satu titik. Namun perlu dipahami bahwa walaupun pada pasien telah terpasang kasur anti decubitus tidak berarti perubahan posisi (mika-miki) dihentikan.
Penggunaan support surface di rumah sakit di Indonesia masih sangat terbatas itupun bukan dalam konteks pencegahan decubitus, tapi digunakan setelah adanya luka decubitus. Sementara pihak rumah sakit hanya menggunakan tempat tidur yang umumnya berbahan plastik. Penggunaan plastic cover pada matras tempat tidur memang menguntungkan pihak rumah sakit karena bisa “melindungi” kasur dari rembesan urine, feces, atau eksudat pasien. Namun disisi lain juga “mensupport” terjadinya decubitus, kenapa bisa???
Lapisan plastik pada tempat tidur bersifat non absorben sehingga meningkatkan Transepidermal Water Loss (TEWL) yang berdampak langsung pada peningkatan kelembaban kulit (Skin moisture) dan berakhir pada peningkatan Stratum Corneum pH (ss pH). Kondisi alkali pada permukaan kulit sangat beresiko terhadap pertumbuhan mikroflora yang abnormal.
Selain itu kelebihan kelembaban pada kulit pasien (excessive moisture) akan berujung pada kerusakan kulit (stratum corneum), maserasi, dan kerusakan fungsi skin barier serta meningkatnya resiko decubitus. Peningkatan kelembaban juga akan berkonstribusi pada peningkatan coefficient friction sehingga akan meningkatkan resiko decubitus.
Sayangnya kebanggaan pemerintah hanya pada megahnya gedung rumah sakit, banyaknya dokter spesialis, canggihnya peralatan medis, namun hakikat perawatan pasien terabaikan. Tender pengadaan peralatan medis hanya berorientasi proyek dan mengabaikan sisi fungsional sebuah alat. Read more:

2 komentar:

Sanco Irianto A, S.Kep.Ns mengatakan...

Great posting bro...!

Saldy Yusuf, S.Kep.Ns.ETN. mengatakan...

@ Ners Sanco, trims sudah jadi pembaca setia...maju terus Perawat Indonesia