Senin, 26 Juli 2010

BETULKAH PRESSURE ULCER DISEBABKAN OLEH PRESSURE?

Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN
Clinical Nursing Departement
Kanazawa University-Japan

Pressure ucer merupakan masalah global, tidak hanya di negara berkembang tapi juga di negara-negara maju.Masalah pressure ulcer bukan hanya tingginya angka insidens dan prevalensi tapi juga cost yang dikeluarkan dalam penatalaksanaannya. Di Belanda manajemen pressure ulcer menyerap $ 362 juta sampai $ 2.8 milya atau 1% dari dana kesehatan nasional. Di Inggris Perawatan pressure ulcer menyerap 180 juta-321 juta poundsterling atau 0.4-0.8 % dari dana kesehatan nasional. Bagaimana dengan Indonesia, no body knows and goverment doesnt care....

Istilah Pressure ulcer (atau luka tekan) telah menjebak kita pada pemahaman bahwa pressure ulcer merupakan penyebab pressure ulcer. Tekanan pada daerah tonjolan tulang (bony prominiences) sebesar 32 mmHg diyakini menyebabkan oclusi pembuluh darah setempat sehingga menyebabkan ischemic jaringan yang berampak pada kerusakan jaringan irreversibel. Teori ini dikenal sebagai teori ischemic. Teori ini sangat populer sehingga riset pressure ulcer umumnya berpijak pada teori ini begitu juga manajemen pencegahan decubitus dengan penggunaan support surface (kasur anti decubitus).

Akibatnya, perhatian terhadap kemungkinan penyebab lain terabaikan. Kita lupa bahwa  kulit dapat mengalami kegagalan termasuk jaringan bawahnya (dermis, hypodermis) sebagai organ secara utuh. Sebagai organ terluar dari tubuh, kulitlah lini terdepan tubuh yang berhadapan dengan perubahan lingkungan luar dan dalam.

Perubahan internal tubuh, seperti demam, gangguan metabolik, penyakit cardiovascular, defisit neurologi, termasuk proses degeneratif dapat bermanifestasi pada perubaan biofisiologis dan biokimiawi kulit. Begitu juga dengan perubahan lingkungan eksternal, perubahan suhu ruangan, kenaikan kelembaban kamar, air flow tentunya akan mempengaruhi fisiologi kulit.

Satu contoh, peningkatan kelembaban kulit yang berasal dari incontinence (fecal atau uri), eksudat luka, drainage fistula dapat meningkatkan pH kulit menjadi lebih alkali. Kondisi ini mengakibatkan kerusakan stratum corneum dan memungkinkan lebih berkembangnya mikroflora patogen yang berujung pada perkembangan luka kronis termasuk luka decubitus.

Sebaliknya, kalau memang pressure sebagai penyebab utama pressure ulcer, bagaimana teori ini bisa menjawab fakta deep tissue injury, atau kalau memang peningkatan tekanan diklaim sebagai penyebab pressure ulcer, mengapa penggunaan support surface (kasur anti decubitus) yang mahal sekalipun tidak mampu mencegah pressure ulcer.

Dibutuhkan investigasi mendalam terhadap etiologi pressure ulcer bukan sekedar mechanical loading factor, tapi juga aspek biofisiologi, biokimiawi, macro dan microenvironment. Kegagalan dalam mendefinisikan penyebab, membuat manajemen pencegahan dan perawatan menjadi sia-sia....

3 komentar:

Sanco Irianto A, S.Kep.Ns mengatakan...

great posting bro...! selama ini kita jarang/lupa ttg pressure ulcer. Kiranya dibutuhkan perhatian lebih dr pemerintah dan pihak terkait...

Wastu Adi Mulyono mengatakan...

Assalamu'alaikum
Kita InWCCA dan InWOCA sedang merintis jurnal Indonesian Wound Stoma and Continence Journal, jika memiliki artikel yang berkaitan mohon dapat dikirim ke wastuadimulyono@ymail.com untuk diterbitkan. Rencana Jurnal terbit setahun 3 kali untuk mendorong dan memfasilitasi studi kasus rekan rekan praktisi. TK

Saldy Yusuf, S.Kep.Ns.ETN. mengatakan...

@ Ners Wastu, terima kasih informasinya, luar biasa ners idenya untuk merintis WOCN jurnal di Indonesia...